Friday 11 September 2015

Sosok Bu Dhe Ning

Sosok Bu Dhe
(Ibu Siti Muslihah)

Malam ini saya menginap dirumah Bu Dhe Ning, dan kondisi rumah ini tetap sama dengan beberapa tahun sebelumnya. Bahkan semenjak masa kecilku rumah ini tetap seperti ini saja. Tidak banyak perubahan. Dapur berlantai tanah itu juga masih tetap seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kesederhanaan rumah ini tidak sesederhana manusianya, mengapa? Karena manusia rumah ini memiliki jiwa manusia sebenarnya, manusia yang memanusiakan manusia. Selama sehari saja disini melihat Bu Dhe bagaimana menyambut tamu sangat menyentuh hati, setiap tamu yang datang tidak luput dengan pelukan dan tangis kebahagiaan Bu Dhe yang begitu hangat dan ikhlas. Ditambah lagi suguhan dirumah ini begitu istimewa dan penuh dengan ruh kebersamaan khas desa Babat Keradenan Trucuk Klaten.

Saya menyempatkan ke Makam Pak De Sa'dun Sadali , Suami Bu Dhe yang meninggal pada tahun 1983 dan beliau menikah tahun 1973 (10 tahun berkeluarga) , tak bisa membayangkan bagaimana ditinggal suami ketika anak-anak masih kecil dan seorang diri Ibu membesarkan 5 putra-putrinya dengan penuh perjuangan di desa ini yang notabenenya kondisi ekonomi sangat terbatas, dan profesi Bu Dhe sebagai Guru di SD. Bu Dhe sendiri kelahiran 28 Februari 1951. 

Dari raut kegembiraan Bu Dhe terpendam ribuan perjuangan dan jatuh bangun dimasa lalu, dari cara Bu Dhe memperlakukan tamu dan gaya komunikasi terpancar bahwasannya kedewasaan manusia teruslah dibangun tanpa mengenal usia. Rumus simpelnya; perlakukan orang lain seperti engkau ingin diperlakukan orang lain.

Bu Dhe adalah kakak kandung Ayahku, dari Bani Ibnu Umar Ada 11 anak, Bu Dhe anak ke 2 dan Ayahku adalah anak ke 3 dari 11 bersaudara. Makam leluhur kami ada di Daerah Tempursari, disana ada Makam Mbah Kyai Abdul DJalil, Mbah Ibnu Umar, Mbah Muti', Pak De Santoso, dan lain sebagainya.

Dirumah ini ada Mbak Nur, Mas Nasuha, Mbak Anis, Mas Jono, Mbak Atik, Mas Ipul,  dan anak cucu lainnya mengumpul dalam satu keluarga.

Tak jauh dari rumah ini di desa Plalar ada Makam sosok Ronggowarsito (rame nggawa warna wursita) sosok pujangga Surakarta yang tidak habis karyanya hingga detik ini di bumi nusantara. Dimakam tersebut ada sepenggal nasehat:

"Piye sajanjane maknane uriping manungsa, uger tumindake sumeleh ditampa dening sasama. Mulane para kawula mudha sedaya, bangga sinaua sregep kanthi kebak upaya, bisaa jembarake nyegerake pikiran kita. Dikancani rasa kang tita tur tinata. Cedhak pangestune sing maha kuwasa"

Sehari didesa ini sungguh berkesan disela-sela waktu lebaran kali ini, terimakasih semua. Dan malam ini sungguh sunyi desa ini, sayup-sayup terdengar suara dalang melantunkan tembang jawa, memecah keheningan malam. Sekaligus ada perasaan berbeda dalam hati suara dalang itu, suara gendingan dan alunan musik yang indah.  Pelajaran hari ini sangat banyak sekali, aku cinta padamu dan aku mencintaimu. Suatu saat akan selalu ku kenang tentang hari-hari ini.

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.