Thursday 17 May 2018

EKSPRESI ORANG TUA DI ALAM KUBUR

EKSPRESI ORANG TUA DI ALAM KUBUR

KETIKA DI ZIARAHI ATAU DI DOAKAN ANAKNYA

Dalam penjelasan kitab al-Ruh, karya Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah , Apa yang terjadi kepada orang tua ketika Anda berziarah ke makam mereka atau ketika Anda mendoakan mereka?

Syaikh Muhammad al-Syanqithi, berkata: Semoga Alloh mengampuni keluarga kita yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini..

Utsman bin Sawad, ulama salaf, bercerita tentang ibunya, seorang wanita yang ahli ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata: “Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematiaku, jangan Engkau abaikan diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku.” Kemudian ia meninggal dunia.

Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jum’at . Aku berdoa untuknya, dan memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku bermimpi berjumpa dengan ibuku.

Aku berkata: “Wahai ibuku, bagaimana keadaanmu?”

Ia menjawab: “Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya terdiri tenunan kain sutera.”

Aku berkata: “Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?”

Ia menjawab: “Iya. Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku sangat senang dengan kedatanganmu pada hari Jum’at ketika berangkat dari keluargamu" . Orang-orang akan berkata kepadaku: “Ini anakmu sudah datang.”  Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang.”

Basysyar bin Ghalib, ulama salaf pula, berkata: “ Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata kepadaku: “Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera.”

Aku berkata: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”

Ia menjawab: “Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu diberikan kepada orang mati yang didoakan itu" . Lalu dikatakan kepadanya: “Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu.”

Seberapa sering kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan guru kita yang telah meninggal dunia?

Seberapa banyak kita mendoakan mereka dalam waktu-waktu kita beribadah??

Ziarah kita dan doa kita sangat penting bagi mereka..

رب اجعلنی مقيم الصلاة ومن ذريتی ربنا وتقبل دعاء ربنا اغفرلی ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب


Doa Menyambut Bulann Ramadhan

 Doa Menyambut Bulann Ramadhan ۞

[1] Berikut adalah Do’a Sulthon Al Aulia’ Sayyidina Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA Yang Biasa Dibaca oleh Hadhrotus Syaikh Ahmad Asrori Al Ishaqy RA Untuk Menyambut Bulan Romadhon :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الصِّيَامِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الْقِيَامِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ اْلاِيْمَانِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الْقُرْأَنِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ اْلاَنْوَارِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الْمَغْفِرَةِ وَالْغُفْرَانِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الدَّرَجَاتِ وَالنَّجَاتِ مِنَ الدَّرَكَاتِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ التَّائِبِيْنَ الْعَابِدِيْنَ.
اَلسَّلاََمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الْعَارِفِيْنَ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ الْمُجْتَهِدِيْنَ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا شَهْرَ اْلأَمَانِ. كُنْتِ لِلْعَاصِيْنَ حَبْسًا وَلِلْمُتَّقِيْنَ اُنْسًا.
اَلسَّلاَمُ عَلَى اْلقَنَادِيْلِ وَالْمَصَابِيْحِ الزَّاهِرَةِ. وَالْعُيُوْنِ السَّاهِرَةِ. وَالدُّمُوْعِ الْهَاطِلَةِ. وَالْمَحَارِيْبِ الْمُتَعَطِّرَةِ. وَاْلعَبَرَاتِ الْمُنْسَكِبَةِ الْمُتَفَطِّرَةِ. وَاْلاَنْفَاسِ الصَّاعِدَةِ مِنَ الْقُلُوْبِ الْمُحْتَقِرَةِ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ قَبِلْتَ صِيَامَهُمْ وَصَلاَتَهُمْ وَبَدَّلْتَ سَيِّئاَتِهِ بِحَسَنَاتِهِ. وَاَدْخَلْتَهُ بِرَحْمَتِكَ فِى جَنَّاتِكَ. وَرَفَعْتَ دَرَجَاتِهِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الراَّحِمِيْنَ.

 Salam bagimu wahai bulan Romadhon.
- Salam bagimu wahai bulan qiyam (bulan untuk mendirikan sholat tarawih).
- Salam bagimu wahai bulan iman.
- Salam bagimu wahai bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an.
- Salam bagimu wahai bulan yang penuh cahaya.
- Salam bagimu wahai bulan yang penuh ampunan.
- Salam bagimu wahai bulan (untuk menaikkan) derajat dan keselamatan dari derajat yang rendah.
- Salam bagimu wahai bulan bagi orang-orang yang bertaubat dan ahli ibadah.
- Salam bagimu wahai bulan milik orang-orang yang ma’rifat. Salam bagimu wahai bulan milik orang-orang yang bersungguh-sungguh.
- Salam bagimu wahai bulan yang aman. Engkau adalah penjara bagi orang-orang yang melakukan maksiat dan kesenangan bagi orang-orang yang bertakwa.
- Salam bagi pelita yang bersinar, mata-mata yang terjaga, airmata yang terus menetes, mihrab-mihrab yang semerbak mewangi, airmata yang tumpah, dan nafas-nafas yang naik dari hati yang hina.
- Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang Engkau terima puasa dan sholatnya, yang Engkau ganti kejelekannya dengan kebaikan, yang Engkau masukkan ke dalam surga-Mu dengan rahmat-Mu, dan yang Engkau angkat derajatnya dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Asih.”

۞ Doa ini biasa dibaca hadhrotus Syaikh pada malam tanggal 1 Romadhon ba’da maghrib, dengan model talqin (Beliau membaca beberapa kalimat, lalu ditirukan oleh jamaah). Dinukil dari Al Ghunyah li Tholibi Thoriq Al Haq karya Sulthon Al Aulia’ Sayyidina Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA ۞ والله اعلم بالصواب

Tuesday 8 May 2018

Haul Ke 62, Almaghfurlah KH. Abd. Chamid Hasbullah Said, Tambakberas Jombang

KH.  MARTAIN BERTUTUR TENTANG KH.  HAMID CHASBULLAH

Saat acara haul KH.  Abdul Hamid Chasbullah Tambakberas pada tanggal 12 Mei 2018 di GOR Bahrul  Ulum,  didatangkan salah satu santri KH. Abdul Hamid,  yakni KH. Martain (75),  pengasuh pesantren Al Hidayah di Batu Malang.  Kiai Martain yang mondok di Tambakberas sejak tahun 1955 hingga 1961 ini bercerita bahwa Mbah Hamid adalah 
Sosok kiai yg alim, aris,  tawadlu',  istiqomah dan wirai. 

Begitu alimnya beliau, sehingga sering menjadi mitra diskusi Kiai Abdul Wahab  Chasbullah tentang hukum fiqih. Dalam menjawab pertanyaan Mbah Kiai Wahab, Mbah Hamid menjawab di luar kepala,  "Kang, jawabanè iku nang kitab iki,  shohifah sakmene" (Mas,  jawabannya itu ada di kitab ini, halaman ini).  Begitu kitab yang dirujuk Mbah Hamid dibuka oleh Mbah Wahab, ternyata ta'bir kitab persis seperti  yang dicari Mbah Wahab,  dan yang dikatakan Mbah Hamid.

Kiai yang pernah disuapi langsung oleh Mbah Hamid dari sisa daharannya Mbah Hamid ini mempunyai pengalaman lain tentang Mbah Hamid yang saat difoto seringkali hanya kelihatan klompennya saja. Tidak hanya sulit difoto,  Mbah Hamid juga terkenal ahli menghentikan hujan. Kalau pawang hujan zaman sekarang biasanya merapalkan doanya beberapa hari sebelum hari H suatu acara. Namun bagi Mbah Hamid seketika itu juga.  Kiai Martain yang setelah dari Tambakberas melanjutkan mondok ke Lasem ini menyaksikan  sendiri saat imtihan (haflah), hujan deras luar biasa di pondok Tambakberas.  Dalam kondisi demikian,  Mbah Hamid naik podium sambil membawa pisang raja satu biji.  Pisang dikelupas dan dimakan  sepotong.  Begitu pisang tadi ditelan,  hujan  berhenti.  Sayangnya beliau tidak tahu doa apa yang dibaca oleh Mbah Hamid. 

Di luar tentang karamah di atas, Mbah Hamid merupakan kiai penggemar kopi. Beliau jika belum minum kopi, biasanya akan mengantuk dan tertidur saat mengajar santri bakda subuh. Hal ini begitu dipahami oleh Bu Nyai khodijah (Mbah Den), sehingga kopi akan selalu tersedia di pagi hari sebelum beliau memulai rutinan mengaji, bahkan tiap ngaji selalu tersanding kopi di sisi meja ngaji Mbah Hamid.

Begitu pahamnya Mbah Nyai Khodijah akan kebiasaan Mbah Hamid, terkadang mbah Nyai khodijah "menggoda" Mbah Hamid dengan kebiasaanya itu. Kalau setiap pagi sewaktu Mbah Hamid  akan mengaji selalu tersedia kopi.  Tetapi setelah pulang dari Sambong  (ke ndalem Bu Nyai Mukminah),  terkadang kopi tidak disediakan sehingga Mbah Hamid mengantuk dan tertidur di depan santri yang hendak mengaji

Tidak hanya bercerita tentang Mbah Hamid,  beliau juga bercerita tentang Mbah Wahab. Gus Latif Malik dapat cerita bahwa sepulang dari mondok di Lasem,  Kiai Martain mendirikan pesantren di Surabaya.  Sebagai santri, beliau sowan ke Kiai Wahab untuk minta restu. 

Ternyata saat itu di ruang tamu Mbah Wahab ada kiai dari pesantren Al Ittihad Poncokusumo Malang yang membutuhkan ustadz. Begitu Kiai Martain mungucap salam,  Mbah Wahab langsung berkata,  "Wes iki ae" (sudah, ini saja yang menjadi ustadz).  

Akhirnya kiai Martain tidak jadi minta restu,  sebagai santri yang baik, beliau ikut dawuh Mbah Wahab dengan meninggalkan pesantren yang sudah dibangun,  dan mengajar di pesantren Al Ittihad.  

Akhirnya pesantren Al Ittihad berkembang pesat dengan ribuan santri berkat petunjuk Mbah Wahab tersebut.  Setelah itu,  baru Kiai Martain mendirikan pesantren sendiri di Batu Malang.  

Tidak hanya bertutur tentang manakib Mbah Hamid,  alhamdulillah kami diberi ijazah Alfatihah dari Kiai Martain yang diajarkan oleh Mbah Hamid.  Kaifiyahnya agar sesering mungkin, kapan pun,  dan dimanapun membaca Fatihah. Ijazah Alfatihah ini sama seperti yang diajarkan oleh santri Mbah Hamid yang lain,  yakni Kiai Ma'shum dari Kedunggudel Ngawi. Namun hanya beda waktu membacanya, yakni 7 kali selesai sholat lima waktu.

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.