Tuesday 27 October 2015

Perjalanan cintaku


Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi lebih sakit, bila mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu dia apa yang aku rasakan. Ya, rasa itu begitu sakit seperti yang pernah saya alami. Tentunya sebagai lelaki normal wajar-wajar saja jika saya berbicara masalah cinta, apalagi beberapa sahabatku semakin bertambah yang melangsungkan pernikahan dengan perempuan dambaan mereka. Duh, perasaan ini semakin berat melihat mereka tersenyum bahagia dalam mengarungi keluarga baru mereka, beberapa bulan kemudian mereka sudah memiliki anak yang lucu dan semakin lengkap kebahagiaan mereka.
Antara cinta dan pernikahan bagi saya hanya menunggu waktu dan orang yang tepat untuk bersanding dalam kehidupan selanjutnya, tak perlu khawatir untuk menunda pernikahan, tak perlu khawatir tentang siapa dan bagaimanakah calon pendamping hidup kita kelak, Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu. Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang. Lihatlah akhlaknya, lihatlah moralnya, lihatlah keluarganya, lihatlah ilmunya, lihatlah agamanya dan kau akan menemukan arti cinta sesuai apa yang kau rencanakan, hal itu yang selalu saya terima dari guru-guru saya masalah perjodohan.
Malah yang terkadang kita lihat baik kadang belum tentu baik untuk kita dan juga terkadang kita lihat buruk padahal belum tentu buruk untuk kita. Intinya, jangan mudah mengambil keputusan untuk menikah tanpa alasan yang jelas atau alasan hanya cinta saja. Mungkin ini kesimpulan saya selama melalui perjalanan jatuh bangun dalam hal cinta. Hehehe..
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walapun mereka telah dikecewakan. Tapi bagi saya yang sering dikecewkan menjadikan saya semakin susah untuk membuka lembaran baru lagi. Entah mengapa saya tidak mengerti tentang diri saya sendiri. Dalam hal cinta saya tergolong orang yang rapuh, penakut, dan bodoh. Lantas bagaimana dengan selanjutnya saya semakin tidak tahu.
Dahulu masa Tsanawiyah dan Aliyah setiap saya berkeluh kesah saya menulis diatas kertas untuk mengisahkan tentang kegundahanku setidaknya perasaan semakin reda setelah menuliskannya, namun sekarang saya menuliskannya di facebook dan saya tidak peduli dibaca ratusan orang dan memiliki penilaian berbeda-beda. Dahulu kalau saya penasaran dengan seseorang saya tanyakan ke teman-teman dekatnya atau tetangganya bahkan bila perlu datang kerumahnya, tapi sekarang kalau penasaran dengan seseorang tinggal di add, confirm, lalu melihat profil facebooknya selesai. Dahulu kalau ingin menanyakan kabar harus ditulis lewat surat dan menunggu balasan suratnya berhari-hari, sekarang tak perlu surat lagi, cukup buka menu ‘obrolan’ dan kirim pesan cukup menunggu beberapa detik. Dahulu kalau ingin mengetahui watak seseorang harus kenal dulu dan mengamati beberapa hari, namun sekarang kalau ingin mengamati seseorang cukup dilihat dari status-status yang di upload di facebook, padahal tak setiap status itu sesuai dengan orang yang mengungkapkannya. Dahulu mengaji Qur’an begitu tenang tanpa gangguan handphone, smartpone atau sejenisnya walaupun ada gangguan tidak secanggih gangguan zaman ini, tadi pagi saya baru ngaji 2 lempir sudah ada 27 pemberitahuan masuk bergetar dari; Syukron Ma'mun Ahmad Cirebon menyebut Anda dalam sebuah komentar, Fiqi Iu Fikri menyukai status Anda, Achmad Nadzif menandai Anda dalam kiriman, Emon GOmbles berbagi status Anda, Fuad Ramadhan mengomentari status Anda, Mohammad Afief Hasan segera menikah tahun ini (hehe, amin), Nuyan Saroni sedang di Bandara International Soekarno-Hatta menandai Anda dalam sebuah komentar (dan ini lulus S2 dan menikah tahun ini, amin), Muhammad Nashrulloh berada di Singapore, Singapore, Rif'a Pww menyebut Anda, Adinda Rina Arinta menyukai komentar Anda, dan lain-lain. akhirnya kuputuskan untuk membuka Smartphone dan asyik berkomentar dilayar gadget tidak terasa sudah 2 jam, hem... waktunya habis.
tulisane bli nyambung di sambung-sambung bae ya, disambung-sambungno wae kang...
Namen cabbih namen babang
Terrong perrat gebey jemo
Ajer ngaji ajer bajang
Da' akherat gebey sango
Dari masa lalu saya belajar dan masa kini saya berbenah. pandungane dulur!

No comments:

Post a Comment

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.