Tuesday 27 October 2015

Selamat Adikku

Selamat Adikku
Selamat menempuh hidup baru (Bagian 2)
Ada nasehat dari Lik Anis tentang pernikahan, kurang lebih seperti ini: "wong rabi iku gak mek sedino-rong dino, tapi selawase. Acara akad karo resepsi acen ditekani wong akeh, tapi sak marine iku tanggung jawab mbangun keluarga iku ditanggung wong loro, ora gampang, tapi yo ora mustahil". (Pernikahan itu tidak hanya sehari-dua hari, namun selamanya. Acara akad nikah dan resepsi memang dihadiri banyak orang, namun setelah itu tanggungjawab membangun keluarga itu ditanggung dua orang, tidak mudah, tapi juga tidak mustahil)
Semakin bertambah usiaku, bertambah juga pertanyaan-pertanyaan seputar pernikahan, kapan nikah? Dapat orang mana?, dan tanpa disadari pertanyaan itu menjadi sebuah tuntutan bahwa waktu akan merubah semua, bahwa masa dewasa dan pernikahan harus segera dijalani. Masa membangun keluarga, masa memiliki anak, ibarat game ada level selanjutnya sebelum game over. Disela-sela hari-hari ini saya mengantarkan undangan kemana-mana dan selalu dihantam pertanyaan itu.
Ada nasehat lain juga, yang menurut saya memang sangat cocok bagi seorang yang masih lajang. "Ndang rabio, ojo golek seng ayu, mengko ketipu, ojo golek seng sugeh, mengko keno tindih, ojo golek sing duwur-duwur mengko malah lebur. Moko goleko sing solihah, sing sabar, sing apik lakune, lan sing iso nerimo kowe opo anane. Aku iki wes tuwuk disambati masalah keluarga pirang-pirang wong, tapi roto-roto sing hasil e apik iku sing gawe ati lan keyakinane. Koe iseh enom, kudune manut karo seng luwih sepuh."
Hidup semakin tak terasa ketika kita bertahun-tahun mulai kecil hingga saat ini sudah banyak cerita dalam keluarga ini. Tak terasa dahulu bagaimana Abi (Ayah) kita membonceng dengan sepeda onthel ketika kita berangkat sekolah kadang berdua kadang bertiga, sarapan pagi selalu siap sebelum kita berangkat sekolah tidak lupa pula sudah ada gelas susu, pagi-pagi di tahun 90-an sangat damai kita lalui. Beruntunglah kita lahir dizaman 90-an, zaman belum ada smartphone dan sekat sosial masih sebatas pagar, hari ini sangat berbeda.
Sangat perhatian Abi dalam mengantar sekolah, terkadang membelikan jajan di Pak Slamet Jl Masjid , mengajak jalan-jalan kemana-mana agar kita bahagia. Dahulu kita tidak pernah tahu permasalahan yang lebih besar seperti hari ini. Masa-masa dahulu adalah masa bahagia sekali, masa-masa santri dan ngaji, masa belajar, dan masa-masa yang tak terulang kembali. Tinggal hari ini dan seterusnya kita jalani.
Tahun-tahun telah berlalu, sepertinya waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa orang-orang datang dan pergi, perubahan dan tuntutan juga berubah, tanggungjawab semakin berat dipundak kita, satu-satunya warisan keluarga kita adalah Pesantren, warisan yang bukan main-main, dan pengabdian sampai akhir hayat sebisanya kita kerjakan sekuat tenaga. Bahkan dahulu sewaktu Lik Mad meninggal dunia tahun 2000-an, saya takziyah di makam beliau di Bungkuk ketika pemakamannya. Ada orang yang tak ku kenal ketika itu berbicara; "sampean mene bakal dikubur ndek kene pisan" (kamu esok akan dikubur disini juga).
Sekali lagi, Selamat Menikah,
Jika kau tahu mentari pagi begitu indah
atau tetesan hujan yang memecahkan batu
Dan suara angin dari barat
Kita lahir dari rahim yang sama
Kita dibesarkan keluarga yang sama
Dan dihari bahagia ini
Selamat atas semua pencapaianmu
Pencapaian yang luar biasa
Akupun turut bangga
(Bersambung)

No comments:

Post a Comment

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.