Monday 16 May 2016

Kyai Masjkur, Singosari, dan MEA


Desaku Singosari berhadapan dengan kondisi Ekonomi global yang disebut MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) dengan hal-hal yang akan mengejutkan dikemudian hari. Ekonomi warga pribumi akan semakin tersingkirkan jika tidak bisa menghadapi persaingan kuat ini.
Jika dahulu sebelum ada indomaret dan alfamart (waralaba) oleh para cendekiawan sudah diprediksi akan ada sistem ekonomi modern yang menghancurkan pedagang kecil dan hari ini sudah terbukti dengan adanya toko kelontong modern yang menggeser para pedagang kecil di desa. Bagaimana cara bersaing dengan pihak indomaret dan alfamart?
Hari ini sudah masuk sistem MEA, yang artinya pihak Asing (luar negeri) akan semakin leluasa untuk membeli apapun, persaingan ekonomi, dan eksploitasi manusia dan alam di Singosari. Ada PT Bentoel, Depo Bangunan, Hotel Solaris, Wonokoyo, Potan, SPBU, Philip Morris, Hawai Water Park, Alfatrijaya, dan Beberapa pabrik besar milik asing. Rata-rata perusahaan besar itu bukan milik masyarakat Singosari. Perusahaan itu milik asing atau cina.
Dahulu Mbah Kyai Masjkur (mertua K.H. Tolhah Hasan) Singosari bukan hanya tokoh besar dan Mentri Agama saja. Beliau juga pedagang jagung, pengusaha marning, petani, dan tuan tanah yang kaya-raya. Sehingga bisa membangun Yayasan Al Maarif, Yayasan Sabilillah, dan Masjid Hisbullah Singosari dengan Independen di tengah-tengah perlawanan Jepang dan Belanda. Bagaimana menjadi pengusaha dan ulama besar? Bukan perkara mudah tentunya. Beliau adalah sosok yang luar biasa di zamannya. Sosok yang jungkir balik bekerja keras demi sebuah tujuan dan cita-cita perubahan besar.
Mbah Kyai Masjkur sudah memberikan contoh pada kita, bahwa kemandirian ekonomi di masa muda perlu di bangun, bahwa kekuatan finasial adalah dakwah, bahwa melawan penjajah adalah melawan dengan pemikiran yang matang tentang konsep kapitalis, sosialis, dan rasionalis. Dan ketika sudah beranjak usia 50 tahun bisa pensiun dini dari pekerjaan dan hidup zuhud mengabdi pada masyarakat serta mengajar. Tidak disibukkan lagi dengan urusan duniawi karena sudah diperjuangkan di masa mudanya.
Hari ini aset asing sudah menguasai Singosari sekitar 60%, dan bagaimana solusinya? Saya sendiri tidak tahu tapi bukan berarti tidak mau tahu. Hari ini penjajahan ekonomi lebih sadis, karena tidak terasa secara langsung tapi perlahan menguasai. Mungkin inilah salah satu makna 'Hubbul wathon minal iman' yang selalu di gaungkan oleh beliau-beliau. Hari ini secara perlahan pihak asing semakin menjajah pribumi dengan cara 'menjajah' yang lebih elegan, berjalan perlahan tapi pasti. Selamat bejuang Singosariku.

No comments:

Post a Comment

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.