ketika pengeluaran lebih banyak dari pada pemasukan, dan ketika
logika sudah terbalik dengan realita, kini lebih banyak tantangan yang
tidak mudah. eh, malah ada yang memberi nasehat agar segera menikah, dan
bilang: " Gus Dur dulu itu menikah saja masih sosok pemuda yang miskin,
pekerjaan tidak jelas, pemuda yang tidak tampan, berkaca mata tebal,
gemuk, dan belum siap secara finansial, lha kamu kenapa tidak segera
menikah saja?, padahal dulu Bu Nuriyah itu menikahi Gus Dur di
Paksa, tapi waktu membuktikan perubahan, hingga Bu Nuriyah menjadi Ibu
Presiden, lho kan, hidup itu ndak mesti san." nasehat itu beliau katakan
dengan yakinnya padaku.
dalam hati, saya hanya membatin, lha kok di samakan dengan Gus Dur, ya
jelas beda lah, beliau SMP saja Das Capital karya Karl Mark sudah hatam,
usia SMA sudah menguasai 5 bahasa secara aktif, dan 11 bahasa pasif,
belum lagi ketika usia SD sudah sering berinteraksi dengan Pak Husen
(nama samaran Tan Malaka), secara nasab keilmuan dan keluarga juga sudah
tidak diragukan lagi, secara kecerdasan dan karya beliau juga berbeda,
tentunya tidak bisa disamakan dengan orang macam saya yang masih bodoh
dan keilmuan juga tidak jelas. belum lagi minat baca Gus Dur tentang
sastra yang memiliki intuisi yang cukup tinggi.
eh, jauh sebelum menikah, banyak hal yang masih menjadi kegelisahan saya selama ini, masalah pribadi, masyarakat, keluarga, agama, sosial, dan ekonomi. masih banyak cita-cita saya yang gagal dijalan, cita-cita tentang Pesantren yang ideal dan pendidikan non pemerintahan.
belum selesai saya melamun sudah di berikan wejangan lagi, "San, kamu lihat Abi-mu dulu itu juga, beliau saja menikah tidak memiliki kesiapan secara materi, bahkan ketika itu di Paksa oleh Mbah Liem (Klaten) dan akad nikah pun dengan surat al fatihah, lha kamu? mbok ya bersyukur dengan kondisi sekarang! kamu harus sadar, kalau kamu itu hidup bakal mati! kamu jangan khawatir dengan rezki dari Allah dan kesiapan secara mental aku yakin kamu sudah siap. aku ingin segera menimang anakmu, dan kamu nanti kalau sudah menikah akan semakin banyak prestasinya. aku yakin itu san, aku mengerti kemampuanmu lebih apa yang kau ketahui, aku mengenalmu jelas siapa kamu itu". jelas beliau lagi.
# Nasehat kemarin malam di sela-sela peringatan 100 hari Embah, berjumpa dulur-dulur dari berbagai daerah, bertukar kebahagiaan dan mimpi-mimpi mereka.
eh, jauh sebelum menikah, banyak hal yang masih menjadi kegelisahan saya selama ini, masalah pribadi, masyarakat, keluarga, agama, sosial, dan ekonomi. masih banyak cita-cita saya yang gagal dijalan, cita-cita tentang Pesantren yang ideal dan pendidikan non pemerintahan.
belum selesai saya melamun sudah di berikan wejangan lagi, "San, kamu lihat Abi-mu dulu itu juga, beliau saja menikah tidak memiliki kesiapan secara materi, bahkan ketika itu di Paksa oleh Mbah Liem (Klaten) dan akad nikah pun dengan surat al fatihah, lha kamu? mbok ya bersyukur dengan kondisi sekarang! kamu harus sadar, kalau kamu itu hidup bakal mati! kamu jangan khawatir dengan rezki dari Allah dan kesiapan secara mental aku yakin kamu sudah siap. aku ingin segera menimang anakmu, dan kamu nanti kalau sudah menikah akan semakin banyak prestasinya. aku yakin itu san, aku mengerti kemampuanmu lebih apa yang kau ketahui, aku mengenalmu jelas siapa kamu itu". jelas beliau lagi.
# Nasehat kemarin malam di sela-sela peringatan 100 hari Embah, berjumpa dulur-dulur dari berbagai daerah, bertukar kebahagiaan dan mimpi-mimpi mereka.
No comments:
Post a Comment