Tuesday 27 October 2015

Ibu bagi anaknya


Ketika saya MI, guru saya bertanya; "siapakah orang yang paling berjasa bagimu?" Saya langsung menjawab; "Ibu", sontak sekelas menertawakan saya, dan saya merasa dipermalukan. Mungkin dalam bayangan teman-temanku adalah saya anak manja atau mbok-mbok'en.
Namun bagi saya beliaulah yang selalu membuatkan susu saya setiap pagi sebelum sekolah, menatakan seragam sekolah saya, memasak sarapan pagi, membangunkan pagi, membelajari pelajaran, mengajar mengaji saya, merawat saya ketika jatuh bersepeda, menimang saya ketika menangis dan menyanyikan lagu-lagu masa kecil, sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan banyak hal lain. Tidak bisa membayangkan bagaimana jika kehidupan saya tanpa sosok Ibu.
Ini adalah sejarah pribadi kehidupan saya, hal ini pernah terjadi dimasa lalu, dimasa kecilku, yang sangat sederhana kuceritakan kembali. Masa lalu yang tak kan pernah terulang kembali. Masa lalu yang penuh cerita suka dan duka. Masa kecil bersama kakak laki-laki dan dua adik perempuanku. Dan kini waktu telah merubah banyak hal. Dimana bayangan masa lalu tidak pernah terbayangkan apa yang akan terjadi di keesokan hari.
Tak terasa hari ini aku melihat sosok Ibu membawa anak kecilnya sambil memungut sampah, serasa hati ini tak kuasa melihatnya, muka serasa ditampar realita pagi, ketika saya menikmati secangkir kopi dengan pemandangan pedih didepan mata. Malah kopi yang seharusnya manis menjadi pahit. Sosok Ibu perkasa hari ini dengan memungut sampah dan menggendong anaknya disertai bau sampah menyengat. Itulah hebatnya seorang Ibu. Menangis hati ini meliatnya namun tak kuasa membantu, terbayang sekilas wajah Ibuku yang selalu menggendong saya.
Belajar bersyukur lagi dengan anehnya kaum menengah yang ribut akan BBM naik, elpiji naik, penurunan presiden, diskusi tanpa henti, mengkritik pemerintah, aksi demo, dan hal-hal lain yang sangat jauh dari kehebatan sosok Ibu yang menerima realita itu. Menerima keadaan seperti apapun adalah sebuah pilihan berat jika tanpa didasari memandang penderitaan orang lain. Lantas bagaimana solusi kongkrit?
Aku tidak menyalahkan siapa-siapa, aku hanya menyalahkan diriku sendiri yang tidak pernah memperdulikan lingkungan sekitar dan aku salah jika selalu memandang kesalahan orang lain tanpa membantu orang lain. Aku masih hidup dalam kemunafikan.
Untuk menghilangkan duka
Terkadang aku menuliskannya
Untuk mengingat kepedihan kemarin
Atau penyesalan hari ini
Aku menulis saja apapun yang ingin aku tulis
Sembari memikirkan persoalan yang kuhadapi
Inilah kehidupan dan inilah hidup
# di Jl. Bend. Sutami pagi ini

No comments:

Post a Comment

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.