Wednesday 27 January 2016

Malang Undercover, catatan tentang seksualitas mahasiswa Malang




Dunia malam di Kota Malang selalu mengisahlakn kenangan-kenangan atas suasana ramainya cafe-cafe yang berjajar rapi, atau dunia muda tentang mereka yang sedang jatuh kasmaran, mereka berdua dalam remang-remang malam, mengimpikan cerita cinta mereka berdua, mendesakkan kerinduan darah muda para mahasiswa yang memenuhi jalanan kota Malang ini, malam-malam itu terjadi berhari-hari, hingga sampailah mereka mendesahkan nafsu birahi di kost atau kontrakan yang menjadi kenangan pada sabtu malam itu.
seksualitas, sebuah drama manusia yang tidak pernah terhenti dari masa kemasa, seksualitas darah muda adalah sebuah pelampiasan hasrat atas nama cinta, terkadang dikemas melalui kedok organisasi, dikemas melalui tugas mata kuliah kampus, atau memang secara terang-terangan tanpa dikemas apapun. Sudah muak aku dengarkan cerita para mahasiswi yang hancur karena hamil diluar nikah, ah itu salahmu sendiri, dan ketika kau hamil tanpa bapak yang jelas kau berkoar-koar bahwa semua lelaki itu buaya. Setelah kau juga merasakan puas bermain diatas ranjang dengan lelakimu kau lupa untuk apa perempuan diciptakan? Kau lupa untuk apa hidup ini? Kau lupa dengan pesan Bapak dan Ibumu?
Masih ingatkah kau dinginnya kota Malang, begitu dingin menggigit tanpa bisa memeluk kekasih dengan pelukan didadanya. Tentu semua tahu tempat favorit untuk malam mingguan para mahasiswa di Kota Malang sangat banyak, ada MATOS (Malang Town Square) disana kau bisa nonton film bioskop, makan ice cream, ada juga cafe khusus untuk bersua cinta. Ada juga taman kunang-kunang yang sangat indah dimalam hari, kau bisa duduk berduaan disana dengan nuansa sepi, remang-remang, romantis, dan gratis. Ada juga alun-alun Kota Malang yang selalu siap dengan keindahan dekorasi taman untuk berduaan mesra disana, lagi-lagi tempat itu adalah gratis. Atau Kota Batu juga menjadi tempat paling cocok untuk pasangan-pasangan untuk mengadu cinta mereka, mulai BNS (Batu Night Spectacular), Alun-alun Batu, Songgoriti, Panderman, dan Vila-vila dengan pemandangan indah dari bukit dingin dimalam hari. Mungkin keindahan itu tidak selalu bisa kau rasakan jika kau tidak memiliki kekasih.
Dalam perbincangan seksualitas bukan hal tabu lagi di Malang, sekitar 250ribu mahasiswa hidup di Kota ini, terdapat sekitar 12 Universitas besar dan perlu kau ketahui dibalik bangunan megah ini mengisahkan ribuan cerita malam yang tak terupakan. Malang Undercover mencoba mengisahkan bagaimana dan apa yang terjadi ketika malam hari di Kota Malang, dengan predikat sebagai Kota Pendidikan, Kota Wisata, Kota dingin, dan Kota dengan isi pemuda di jalan-jalan begitu banyak.
Aku akan mengawali dengan kisah seorang mahasiswi metroseksual dizaman ini, dia bernama Diana (nama pengganti) sangat cantik parasnya, semua lelaki pasti akan terjatuh melihat indah parasnya. Dengan mudah Diana akan bisa mengajak lelaki kaya untuk berkeliling kota dengan mobil mewah, berkehidupan hedon, dan menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dengan lelaki yang dia incar. Sepertinya masih baru kemarin aku melihat Diana berjalan di taman kampus dengan banyaknya lirikan mata lelaki memandang indah tubuh dan wajahnya, sepertinya juga baru kemarin aku melihat Diana bergandengan dengan lelaki tampan anak seorang pengusaha kaya di kampus ini. Lantas siapa aku ini kok kenal Diana, karena Diana adalah teman satu fakultasku yang pernah meminta bantuan padaku untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, karena aku bukan lelaki tampan, mapan, dan tanpa banyak harapan. Aku hanya budak bayaran menyelesaikan tugas-tugasnya setiap saat dengan imbalan seikhlasnya. Ini aku lakukan karena memang aku berprinsip simpel saja, aku hanya butuh uang untuk makan dan bertahan hidup sebagai mahasiswa miskin di kota pendidikan ini.
Aku menceritakan kisah Diana karena memang dia laksana bunga yang mekar dengan harumnya yang selalu menggoda kumbang untuk datang. Aku hanya sebagai budak tugasnya saja, melihat sedikit senyumnya seperti berbulan-bulan susah hilang dalam pikiran ini. Diana adalah nama salah satu tokoh cerita dalam tulisanku kali ini. (Bersambung)

Monday 18 January 2016

Buku "Aku & LIGA", dari PMII untuk Indonesia

Buku "Aku & LIGA"
Rasa syukur tak terhingga kami ucapkan, karena kami bisa menghadirkan sebuah buku yang bisa menjadi suatu refleksi kembali apa yang telah sahabat-sahabat lakukan selama bertahun-tahun berproses dalam wadah pergerakan mahasiswa. Buku yang ada dihapadan sidang pembaca ini adalah sekelumit kisah berproses dari 26 anak muda berlatar belakang mahasiswa pergerakan yang bergelut dalam organisasi kemahasiswaan di Komisariat Sunan Kalijaga Malang (LIGA). Usia mereka berkisar antara 20 tahun hingga 30 tahun. Sehingga masih sangat hijau bagi mereka untuk menyerah dalam proses  ini.

Dalam penghadiran tokoh ini bukan bermaksud sebagai suatu “Penokohan”, dalam arti merekalah yang terbaik dan terkemuka lalu kemudian mengesampingkan tokoh  atau kelompok lain. Diluar dari 26 penulis ini, sudah pasti ada anak muda sebaya mereka yang lebih cemerlang kiprah dan pemikirannya. Akan tetapi hanya karena keterbatasan kami mereka luput dari perhatian.


Menjelang buku ini selesai masih banyak naskah yang masuk dalam meja redaksi, sehingga kami memohon maaf kepada para sahabat lain yang belum bisa kami hadirkan karya tulisnya dalam “catatan perjalanan para sahabat selama di LIGA” ini. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan teknis, kami tidak bisa memenuhi usulan tersebut. Bagi kami, sebagai kaum muda, apapun yang mereka lakukan baru tahap rintisan dan terus menjalani proses.

buku ini kerjasama antara PMII Komisariat Sunan Kali Jaga Universitas Negeri Malang dengan Dreamlitera Pubishing. dicetak menggunakan book pepper dan standart buku nasional dengan ISBN.  salam pergerakan.
buku ini dicetak terbatas, bila menginginkan bisa SMS atau WA ke nomor 085755044005.

Saturday 16 January 2016

Pengertian dan Sejarah Aswaja

Materi Ke- 2
Pengertian dan Sejarah Aswaja
Oleh: Ahsani Fatchur Rahman

Pengertian
Pengertian Ahlusunnah Waljamaah berasal dari kata bahasa Arab, terdiri dari kata-kata Ahlun artinya keluarga, famili. Sunnah artinya jalan, tabi’at, prilaku kehidupan. Jama’ah artinya sekumpulan. Sedang pengertian istilah, Ahlusunnah berarti penganut sunnah Nabi saw. Dan Al-jama’ah berarti penganut i’tikad dan amaliah Nabi. Dan Shahabat-shahabat beliau.

                Jadi yang di sebut ahlusunnah Waljama’ah  ialah kaum yang menganut i’tikad dan amaliah Nabi SAW.. Dan sahabat-sahabatnya beliau.

                I’tikad dan amaliah Nabi SAW. dan sahabat-sahabatnya, telah termaktub dalam al-Qur’an dan sunah rasul secara terpencar-pencar, belum tersusun rapi dan teratum kemudian di kumpulkan  dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama besar, Syeikh Abu Hasan Ali Al-Asy’ari ( Basrah 260-324 H).

                Hasil rumusan beliau itu kemudian terwujud menjadi berupa kitab tauhid, yang di jadikan pedoman bagi kaum Ahlusunnah Waljamaah disebut juga kaum  “Al-As’ariyah”, dikaitkan kepada tokohnya, Imam Abu Hasan Al-Asy’ari.
... " سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً النَّاجِيَّةُ مِنْهَا وَاحِدَةُ وَالبَاقُوْنَ هَلَكِيٌّ. قِيْلَ: وَمَنْ النَّاجِيَّةُ؟ قَالَ: أَهْلُ السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ. قِيْلَ:  وَمَا السُّنَّةُ وَالجَمَاعَةُ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ اليَوْمَ  وَأَصْحَابِيْ."

“…. Ummatku akan terpecah menjadi 73 kelompok. Hanya satu yang selamat, dan yang lainnya celaka”. Nabi saw ditanya: “Siapakah kelompok yang selamat itu ya Rasulallah?”. Nabi saw menjawab: “Yaitu kelompok Ahlussunnah wal Jam’ah.” Kemudian Nabi ditanya lagi: Apa itu sunnah dan jama’ah?”. Nabi menjawab: “Ialah apa yang aku lakukan saat ini dan para sahabatku.”
                Timbulnya golongan Ahlusunnah Waljamaah ialah pada abad  III Hijriyah. Pelopornya ialah dua orang ulama besar dalam bidang usuluddin, yaitu syeikh Abu Hasan Ali Asya’ri dan syeikh Abu Manshur Al-Maturidi.

                Golongan Ahlusunnah Waljamaah ini timbul sebagai reaksi dari firqoh –firqoh atau aliran –aliran yang sesat, untuk menangkis faham-faham firqah yang sesat itu, maka imam Al-Asy’ari tampil menyeponsori timbulnya faham  Ahlusunnah Waljamaah. Kemudian oleh Imam Al-Maturidi, di samping Ulama –ulama lain yang tidak sedikit ikut mengembangkan faham Ahlusunnah Walhjama’ah ini keseluruh penjuru dunia. Timbulnya golongan Ahlusunnah Waljamaah ialah pada abad  III Hijriyah. Pelopornya ialah dua orang ulama besar dalam bidang usuluddin, yaitu syeikh Abu Hasan Ali Asya’ri dan syeikh Abu Manshur Al-Maturidi.

  التوسط (At-Tawassuth (sikap tengah, sedang-sedang. Firman Allah SWT
             وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ( البقرة 143 )
  التوازن (At-Tawazun( keseimbangan. Allah SWT
            لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ( الحديد 25)
  الإعتدال (Al-I’tidal (Tegak lurus. Allah SWT
            يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ للهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (المائدة 8 )

       Lebih mendahulukan al-naql dari pada al-aql, karena menyadari kemampuan akal manusia itu sangat sedikit dan terbatas.
       Tidak terjebak kepada ekstrim kiri atau kanan.
       Memilih Sistem bermadzhab secara proporsional
       Mengakui, mengagungkan sekaligus mengikuti teladan dan jejak langkah para sahabat Nabi Muhammad SAW.
       Indonesia merupakan salah satu penduduk dengan jumlah penganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia. Mayoritas pemeluk Islam di kepulauan ini adalah penganut madzhab Syafi’i, dan sebagian terbesarnya tergabung–baik tergabung secara sadar maupun tidak–dalam Nahdlatul ‘Ulama dan Muhammadiyah, yang sejak awal berdiri menegaskan sebagai pengamal Islam ala Ahlussunnah wal-Jama’ah.

Sejarah Aswaja
Dalam membicangkan soal sejarah Aswaja baik itu sebagai faham ataupun lembaga, sama halnya dengan membicangkan perkembangan Islam pasca wafatnya Rosul, sebab Islam semasa Rasul hidup relative tidak ada konflik, karena semua permasalahan yang muncul akan segera dijawab oleh Nabi Muhammad SAW yang sekaligus sebagai sumber hukum yang dapat berbicara dengan sabda (hadits) dan sunnahnya sebagai rumusan solusi atas segala permasalahan yang dapat di terima oleh mayoritas.

Setelah Muhammad SAW meninggal; konteks berbeda, silang pendapat mulai muncul ke permukaan sebagai asal muasal terbentuknya berbagai faham, tepatnya ketika pemilihan (kholifah). Terpilihnya Abu Bakar RA menjadi awal kekecewaan Ahlul Bait yang merasa paling berhak menggantikan nabi sebagai kholifah, yang kemudian memicu terbentuknya siyi’ah (pengikut fanatic Ali dan Ahlul Bait). Sampai akhirnya peristiwa terbunuhnya Usman yang menjadi fitnah besar dikalangan sahabat di kenal dengan “Fitnatul Kubro”, titik yang paling jelas dari permulaan berlarut-larutnya persilihan, perpecahan bahkan pembunuhan antar kaum muslimin yang sebenarnya sarat hanya masalah politik dan kekuasaan belaka.

Terbunuhnya Sahabat Usman hingga terpilihnya Ali telah menghantarkan umat islam menjadi beberapa golongan yang semula hanya permasalahan politik yang akhirnya melebar menjadi persoalan I’tikat (Kalam) dan persilihan agama yang berkisar pada masalah vonis perbuatan dosa dan sumber kejahatan dan sumber perbuatan dilingkungan manusia. Golongan-golongan tersebut adalah; (1) Syi’ah (pengikut Ali); (2) Muawwiyah (kaum yang tidak mengakui Ali sebagai Kholifah); (3) Siti Aisyah, dan (4) Khowarij (golongan yang tidak memihak semuanya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya dua pemimpin dalam Islam, yakni kepemimpinan Ali dan Muawwiyah. Perbedaan itu akhirnya diselesaikan dengan mengangkat senjata, yang kemudian dikenal dengan “Perang Siffin” dan diakhiri dengan kesepakatan ”Majlis Tahkim” dibukit Jandal antara pengikut Ali yang diwakili Abu Musa Al Asy’ari dan dipihak Muawwiyah diwakili Amru bin Ash. Keputusan yang menjadikan Muawwiyah sebagai kholifah yang sah tidak bisa diterima secara aklamasi oleh pengikut Ali yang merasa dikhianati.

Sebagian golongan Ali tidak sependapat dengan keputusan tersebut dan akhirnya membeci Ali karena dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran sebagaimana mereka membeci Muawwiyah karena melawan kholifah yang sah. Golongan inilah yang kemudian memisahkan diri dan menanamkan sebagai kaum Khowarij atau yang keluar dari Ali dan Muawwiyah. Dengan semboyan “Laa Hukmaa Illa Allah”; mereka menyatakan bahwa semua pihak baik dari Ali maupun Muawwiyah adalah kafir dan keluar dari Islam (Murtad) dan karenanya harus dimusuhi.

Keputusan Majlis Tahkim yang menjadikan Kholifah Bani Umayyah kepada lembaga yang memiliki legitimasi (secara defacto dan de yure) dan memiliki otoritas sebagai penguasa tunggal dunia Islam saat itu. Sementara pergulatan wacana antara Khowarij dan Murji’ah (yakni golongan yang menjauhkan dari pertikaian dan tidak mau turut campur dalam urusan kafir mengkafirkan, memutuskan salah atau benar karena vonis itu adalah hak prerogratif Allah, dan manusia tidak dapat memutuskannya), tidak disia-siakan oleh Muawwiyah untuk memperkuat sekaligus mengamankan kekuasaannya, dengan menjadikan Murji’ah sebagai faham keagamaan resmi Negara. Dengan alasan bahwa kasus putusan tahkim tidak dapat diputusi dosa/salah karena semua adalah keputusan Allah.

Namun hal ini juga mendapat perlawanan dari pihak oposisi yang dilakukan oleh Hasan Al-Bisri dengan menyarankan kepada kaum muslimin untuk mendisiplinkan diri sendiri dan mengerjakan kebajikan guna menghadapi pengadilan Tuhan dihari kiamat. Polarisasi wacana yang ditawarkan dua kelompok (Murjia’ah dan Oposisi) mengkristal menjadi dua lairan pemahaman yang selanjutnya dikenal dengan aliran Jabariayah dan Qodariyah, yang mana ini merupakan cikal bakal dan melambang menjadi kelompok Mu’tazilah.

Perbedaan antara fatalis Jabariyah dan rasionalitasnya Mu’tazilah mendorong Abu Hasan Al-Asyari cucu Abu Musa Al-Asy’ari dan murid Wasil Bin ‘Atto (pendiri Mu’tazilah) untuk juga menawarkan gagasan dengan mencoba menjembatani dan berusaha mengakomodir dua wacana tersebut dan menawarkan jalan tengah. Dari sinilah Al-Asy’ari menggunakan akal (ratio) dan wahyu (nash) dengan proposri yang sama dalam menegakkan faham teologinya. Ays’ari ingin menengahi faham Jabari yang fatalis dan Qodiri yang berfaham free will dan free act. Dengan berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan manusia bukanlah diwujudkan oleh manusia sendiri melainkan juga oleh Tuhan. Untuk mendukung pandangannya yang moderat itu dia membangun teori kasb (perolehan) dengan meniadakan sama sekali otoritas manusia, dan karenanya dianggap condong dengan Jabariyah dengan lebih mendahulukan wahyu (nash) daripada akal dengan dalih menetapkan akal menjadi dasar aqal (nash). Asy’ari dengan berbagai teorinya diatas yang akhirnya sebagai peletak dasar berdirinya faham Ahlusunnah Wal Jama’ah (Aswaja).



* Disampaikan pada Diskusi Komisariat Sunan Kaliaga, Bidang 3 (Keagamaan), pada hari Senin, 16 November 2015. PK PMII UM.

aku dan LIGA - Seprihan Perjalanan Insan Pergerakan


dalam buku ini setidaknya ada beberapa hal yang menjadi pelajaran penting bagi saya pribadi, pelajaran tentang menjadi editor, proses mencetak buku di penerbit besar, proses keuangan, proses penjualan, proses pemasaran, proses layout, proses mulai awal hingga akhir buku selesai tercetak dan terjual. buku ini launcing pada acara SILATNAS di Baiduri Sepah Telogomas Malang.

Makna Filosofi Logo Langgar Genteng

Salah Satu Wirausahaku yang Sederhana


Cokotan, itulah nama makanan ringan ini. entah mengapa sudah berjalan lebih dari satu tahun terasa begitu cepat. awal mulanya hanya mencoba dan mengasah kemandirian untuk hidup di atas kaki sendiri. dan tidak lagi meminta uang pada orang tua, karena disamping untuk membanggakan orang tua juga agar tidak menjadi beban saja itu sudah sangat baik bagi saya. seuah proses kehidupan yang harus ada progres (lebih baik dari pada hari-hari sebelumnya) adalah sebuah peruangan yang tidak main-main bagi saya.

bermodalkan uang 800 ribu saya nekat memulai usaha ini, hingga hari ini (14 bulan) aset berkembang menjadi 12 juta. dahulu saya tidak membayangkan akan memiliki perusahaan kecil ini, yang dari modal sedikit bisa berkembang menjadi jutaan rupiah di kemudian hari, dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya kira sudah cukup, karena saya juga belum menikah dan tidak ada tanggungan wajib lainnya. mungkin inilah jalan nekat saya yang hari ini menghasilkan sebuah prestasi bagi diri sendiri. 

Kantin Kejujuran Al Ishlahiyah

ini adalah salah satu cara kami untuk membentuk kejujuran santri.